Langsung ke konten utama

Unggulan

Kala Ombak Menyapu dan Bangunkan Mimpiku

Masih jelas dalam ingatanku tergambar peristiwa maha dahsyat yang memorak-porandakan Banda Aceh kala itu. Gempa bumi dan Tsunami yang melanda Tanah Rencong itu seakan menghukum dan mengingatkan setiap insan akan kuasa-Nya. Peristiwa tersebut menjadikan wajah Serambi Makkah murung dan dirundung kesedihan yang mendalam. Tangis dan teriakan seorang anak memanggil ibunya seakan mengoyak tabir-tabir kesunyian malam. Bangunan-bangunan yang berdiri kokoh pun lenyap dalam sekejap oleh gelombang besar tersebut. Banyak sekolah-sekolah yang hancur bahkan tak berwujud lagi bentuknya. Gambaran peristiwa tersebut telah tersimpan dalam memori kehidupan yang tak terlupakan.             Sering kita mendengar ungkapan bahwa pelangi pasti akan muncul setelah hujan bukan? Ya, bencana Tsunami memang telah mengakibatkan banyak kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun berkat kejadian itu, saat ini berdiri 3 lokasi Sekolah Sukma Bangsa di Propinsi Aceh. Sekolah ini mengisi kebutuhan sarana pendidika

Rabu, 10 Agustus 2022




Kegiatan Morning Circle SMA rabu ini dilaksanakan di lapangan basket sekolah. Banyak informasi mengenai siswa terutama mereka yang berbeasiswa. Selaku wali kelas X Meroe, saya ingin menyampaikan informasi mengenai kondisi Syarifah Jihan, yang sudah genap seminggu ia sakit dan tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Berdasarkan kunjungan sore bersama teman-teman kelasnya kemarin, ia mengalami luka di lambung akibat maag yang ia derita. Hal itu menyebabkannya sering mengalami pingsan pada beberapa waktu. Oleh karena itu untuk menghindari kondisinya semakin buruk, ia masih diharapkan untuk beristirahat sementara waktu. Walaupun dari pernyataan ibunya, ia setiap pagi berkeinginan bersekolah lagi dengan menyiapkan perlengkapan sekolah esok hari. Namun apa daya, fisiknya belum mampu mengikuti keinginannya. 

Sebelum menuju ke kelas untuk mengajar pada kelas pagi ini, saya menyempatkan mampir menyapa siswa X Meroe yang sedang menunggu guru jam pertama di depan kelas. Setelahnya saya menuju ke perpustakaan yang disana telah menunggu siswa-siswi dari kelas XII Cappadocia. Ketika waktu istirahat tiba, saya menyempatkan diri ke koperasi sekolah untuk membeli beberapa makanan karena saya bermaksud untuk tidak lagi makan di siang hari. Itu saya lakukan karena masih adanya jam mengajar setelah ishoma yang membuat saya kurang nyaman mengajar dengan perut kenyang. 

Sambil menunggu jam mengajar selanjutnya, saya suka berbincang dengan beberapa guru di dewan guru. Kebetulan sekali di tahun ini terdapat beberapa guru yang baru bergabung dengan keluarga Sekolah Sukma Bangsa. Obrolan kami kemudian terhenti ketika mulai menyadari sekitar 10 menit kami kembali mengajar.

Kelas berikutnya yang akan saya ampu adalah siswa-siswi kelas X Timbuktu yang sudah mengonfirmasi kedatangan mereka yang kemungkinan akan telat karena diharuskan untuk pengambilan gambar dari tim Metro TV. Beberapa lama saya menunggu, akhirnya mereka datang dengan ekspresi yang beragam. Ada yang meminta untuk tidak belajar saja siang itu. Namun dengan nada yang sedikit bergurau layaknya penceramah kondang, Aa Gym, saya mengatakan bahwa tiada kata berhenti untuk belajar, karena belajar dimulai dari ayunan sampai liang lahat. Mereka mengaminkan gurauan itu sambil tertawa. 
Beberapa menit pembelajaran berlangsung saat mereka sedang dalam kelompoknya berdiskusi untuk menyelesaikan tugas, tiba-tiba mereka diusir dari perpustakaan karena menyebabkan kegaduhan dalam berdiskusi. Dengan berat hati kelompok mereka harus beranjak ke luar untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. 

Siang hari ketika waktu ishoma berakhir, saya bersama beberapa siswa yang terpilih dalam grup paduan suara untuk upacara peringatan Hari Kemerdekaan akan berlatih di Ruang Serba Guna. Namun sebuah insiden terjadi sebelum latihan dimulai. Kabel adaptor piano organ yang seharusnya digunakan ternyata sudah putus. Hal itu tentu mempengaruhi proses latihan tersebut. Oleh karena itu, saya menggunakan gitar untuk mengakali latihan siang itu. 
Setelah bergelut dengan anggota paduan suara, saya beralih menuju perpustakaan untuk mengajar kelas XI Al-Hamra.

Sore hari setelah shalat Ashar, ingin rasanya mencicipi mie-bakso yang tepat berada di depan gerbang sekolah. Disana terdapat banyak siswa yang sekedar minum untuk menunggu jemputan pulang. Setelah memesan satu porsi, saya duduk semeja dengan Ammar, siswa kelas XII Nile River. Ia bersama temannya alumni SMP Sukma yang melanjutkan ke SMA lain menyapa saya. Sambil memakan pesanan yang sudah tiba, kami mengobrol bersama membicarakan beberapa topik sederhana. Sampai pada akhirnya beberapa siswa lain yang berada disekitar itu pun ikut bergabung dalam diskusi ringan sore itu. Pembicaraan mengerucut pada rencana pencalonan ketua OSIS untuk periode yang baru. Obrolan yang semakin menarik akhirnya terhenti dengan sebuah panggilan dari Bu Herlisa yang meminta saya membukakan pintu koperasi untuk membeli isolasi.

Sesampainya saya kembali ke kamar asrama jam 6.30 sore, rasa lelah yang dari tadi menghujam memberatkan kelopak mata yang ingin terpejam. Pada akhirnya saya terbangunkan oleh suara imam shalat maghrib yang sedang melantunkan bacaannya. Malam harinya ketika saya sedang menjadi kasir di koperasi, siswa yang terusir dari perpustakaan tadi menyampaikan kesedihannya mengalami peristiwa tersebut, yang membuatnya paham untuk bisa menjaga ketertiban berada di perpustakaan. 

Sepulang dari rutinitas di koperasi saya membuka beberapa referensi notasi musik untuk dipelajari. Bermodalkan gitar dan aplikasi piano di android, saya mengulik beberapa partisi musik tersebut sampai waktu tanpa terasa sudah larut menuju pagi. Walaupun adanya gangguan nyamuk yang rewel terbang dekat telinga saya pun beranjak tidur. 

Komentar