Langsung ke konten utama

Unggulan

Kala Ombak Menyapu dan Bangunkan Mimpiku

Masih jelas dalam ingatanku tergambar peristiwa maha dahsyat yang memorak-porandakan Banda Aceh kala itu. Gempa bumi dan Tsunami yang melanda Tanah Rencong itu seakan menghukum dan mengingatkan setiap insan akan kuasa-Nya. Peristiwa tersebut menjadikan wajah Serambi Makkah murung dan dirundung kesedihan yang mendalam. Tangis dan teriakan seorang anak memanggil ibunya seakan mengoyak tabir-tabir kesunyian malam. Bangunan-bangunan yang berdiri kokoh pun lenyap dalam sekejap oleh gelombang besar tersebut. Banyak sekolah-sekolah yang hancur bahkan tak berwujud lagi bentuknya. Gambaran peristiwa tersebut telah tersimpan dalam memori kehidupan yang tak terlupakan.             Sering kita mendengar ungkapan bahwa pelangi pasti akan muncul setelah hujan bukan? Ya, bencana Tsunami memang telah mengakibatkan banyak kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun berkat kejadian itu, saat ini berdiri 3 lokasi Sekolah Sukma Bangsa di Propinsi Aceh. Sekolah ini mengisi kebutuhan sarana pendidika

Pariwisata Seks dan Kesadaran terhadap Penyebaran HIV/AIDS


Dewasa ini, salah satu kecendrungan baru dalam kegiatan pariwisata adalah adanya pariwisata seks, dimana kegiatan para wisatawan mengunjungi suatu Negara atau daerah ditujukan untuk mencari hiburan seks. Hal ini kemudian memunculkan berkembangnya pariwisata yang menawarkan hiburan dan pelayanan seks bagi para wisatawannya. Pariwisata seks menjadi trend dan daya tarik baru bagi industri pariwisata.
Wisata seks merupakan salah satu tujuan wisata paling popular saat ini. Menggunakan seks sebagai penarik wisatawan diyakini lebih efisien dibandingkan dengan objek wisata lainnya. Di Indonesia saja, terdapat banyak tempat-tempat ‘wisata’ yang bisa dikunjungi dan tersebar di beberapa kota. Contohnya Saritem – Bandung, Sarkem – Yogyakarta, Dolly – Surabaya, Bali dan beberapa kota lainnya yang menjadi tempat favorit bagi para pelancong. Wisata seks memiliki daya tarik tersendiri dalam memikat wisatawan. Demi memenuhi kepuasan wisatawan, di beberapa negara ada pula yang sudah melegalkannya. 

Di beberapa negara di dunia memiliki tempat-tempat wisata yang menawarkan layanan seks komersial, baik itu yang dilakukan secara terang-terangan ataupun terselubung. Kutipan merdeka.com dari situs menxp.com  menyebutkan ada beberapa negara yang menjadi tempat wisata seks paling terkenal di dunia. Antara lain yaitu; Thailand, Kosta Rika, Kenya, Jepang, dan Belanda. 

Thailand – Thailand sejak perang Vietnam, Thailand telah dikenal di dunia internasional (terutama di kalangan wisatawan) untuk wisata seksnya yang luar biasa. Ada begitu banyak layanan seks yang ditawarkan secara terang-terangan di beberapa tempat wisata di Thailand, terutama Bangkok, seperti Patpong. Menurut data statistik bahkan menyebutkan ada sekitar 2,8 juta pekerja seks yang bekerja di Thailand. Meski prostitusi dianggap ilegal di negara ini, aspek komersial dari bisnis ini membuatnya dilindungi oleh pejabat setempat. Salah satu kawasan yang terkenal dengan industri seksnya adalah Pattaya yang terletak di pesisir timur Teluk Thailand. Kawasan ini diisi oleh gogo bar, klub malam, spa plus-plus, seks hotel, dan panggung cabaret show. 

Kosta Rika – Di belahan bumi Barat, tidak ada negara yang mendominasi wisata seks, selain Kosta Rika. Kosta Rika pun secara resmi disebut sebagai salah satu dari tujuan wisata seks di dunia dan para ahli mengklaim bahwa prostitusi di negara ini mengalami peningkatan yang serius, lebih besar daripada Amerika dan Kanada. Pesatnya pertumbuhan wisata seks di Kosta Rika adalah akibat dari perkembangan pariwisata internasional di negara itu. Sebuah studi memperkirakan bahwa 10 persen dari wisatawan yang datang ke Kosta Rika terlibat dalam wisata seks. Tercatat ada sebanyak 10.000 pekerja seks yang mencari nafkah di negara itu, yang sebagian besar adalah imigran.

Kenya – Kenya adalah salah satu destinasi seks paling dicari di Afrika. Meski ada lebih dari 1,5 juta orang di negeri ini yang hidup dengan HIV/AIDS, wisata seks di Kenya tetap berjalan sebagai mana biasanya. Malindi adalah kota pesisir di Kenya yang menjadi ‘surga’ bagi perdagangan seks anak tersembunyi. Anak-anak berusia 12 tahun diklaim sering dijebak untuk terlibat dalam prostitusi dan pornografi oleh wisatawan yang bersedia membayar mahal di lokasi-lokasi rahasia di kota ini.

Jepang – Jepang telah lama dikenal dengan industri seksnya yang luar biasa pesat. Satu tujuan wisata paling ramah yang tidak hanya diperuntukkan bagi kaum hetero tetapi juga bagi kaum LGBT ini memang telah dikenal luas dengan bisnis seksnya, yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Klub-klub seks di negeri sakura bahkan tersebar hampir di setiap kota. Beberapa layanan seks yang terkenal di Jepang adalah soaplands (mandi bersama pria/wanita Jepang), pijat erotis, soft masochist club, dan masih banyak lagi. Pertumbuhan industri seks di Jepang yang pesat akhirnya juga melahirkan kasus perdagangan manusia yang cukup kompleks di negeri ini. Meski begitu, prostitusi tetap dianggap ilegal di Jepang.

Belanda – Seperti halnya Jepang, Belanda, khususnya Amsterdam, terkenal dengan bisnis seksnya yang mendunia. Di Amsterdam, prostitusi dilegalkan dan itu telah diatur dengan baik oleh pemerintah. Wisatawan juga bisa mengunjungi sebuah distrik yang dikhususkan untuk wisata seks. De Wallen atau juga dikenal sebagai Rosse Buurt yang berada di jantung kawasan tertua di Amsterdam menjadi Red Light district yang paling banyak dikunjungi di dunia. Kawasan ini dipenuhi lorong-lorong yang berisi kira-kira 301 kamar kabin yang telah disewa oleh para penjaja seks yang menawarkan layanan seksual dari balik jendela atau pintu kaca.

Di Indonesia legalitas tempat menjajakan seks sering terbentur dengan beberapa aspek, seperti; agama, norma, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Beberapa waktu yang lalu kita masih dikejutkan dengan rencana ditutupnya Gang Dolly di Surabaya sebagai tempat prostitusi. Setelah penutupan Gang Dolly dari aktivitas prostitusi dan usai bentrokan antara personel gabungan dengan warga Gang Dolly pada H-1 Lebaran Hari Raya Idul Fitri, situasi di lokalisasi yang konon disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara itu menjadi lengang. Gang Dolly tak ubahnya 'kota mati' yang jauh dari hingar-bingar aktivitas prostitusi, seperti sebelum ada instruksi penutupan dari Pemkot Surabaya. Penutupan Gang Dolly sendiri, dideklarasikan oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini pada 18 Juni lalu. Meski terlihat sepi dan sunyi, bukan berarti Dolly mati total. Wisma-wisma boleh tutup, lampu penerangan boleh mati, tapi bisnis ini masih berdenyut.

Jika dilihat ada yang berjalan atau kendaraan yang memperlambat lajunya, dan menyapa ramah dan menawarkan, "Mas, mampir dulu, tenang masih ada kok," katanya. Usai deklarasi penutupan pada 18 Juni lalu, penentangan terus berjalan. Wisma-wisma yang ada masih tetap buka. Kemudian, saat bulan puasa tiba, seluruh wisma libur. Seluruh PSK (pekerja seks komersial) dipulangkan. Para pemilik wisma berjanji, seluruh PSK miliknya akan kembali siap melayani setelah lebaran.

Lokalisasi Gang Dolly, terletak di permukiman penduduk yang berkembang sejak 1960an. Memberikan perlindungan terhadap anak-anak dari dampak kegiatan prostitusi merupakan salah satu alasan, yang disebut Pemerintah Kota Surabaya, untuk menutup lokalisasi itu, selain pencegahan penyebaran terhadap HIV dan AIDS. Pemerintah Kota Surabaya menyediakan dana kompensasi Rp 5 juta bagi 1.400 PSK di Gang Dolly, dan mengaku telah memberikan pelatihan keterampilan bagi mereka agar dapat beralih profesi. Selain itu, Pemkot juga meminta warga untuk tidak menggunakan rumah mereka sebagai tempat prostitusi.

Penutupan lokalisasi ini akan mematikan roda ekonomi di kawasan tersebut. Menurut survei yang dilakukan oleh KOPI (Komunitas Pemuda Independen), lebih dari 14.000 orang menggantungkan hidupnya pada lokalisasi di Gang Dolly, antara lain para pedagang kecil yang menjajakan dagangan mereka kepada para pekerja seks dan pengunjung lokalisasi. Tidak sedikit pula para PSK yang hanya bergantung pada pekerjaannya ini untuk menghidupi keluarganya. Namun HIV dan AIDS yang selalu menjadi hantu bagi setiap orang menjadikan salah satu alasan mengapa penutupan itu harus digalangkan.

Dalam wisata seks, kondom menjadi alat pencegahan penularan HIV dan AIDS. Namun  dalam penerapannya, sering sekali diabaikan dengan alasan yang beragam. Beberapa alasan yang sering terjadi misalnya; mengurangi kenikmatan, merepotkan, merasa telah membayar, atau tingkat penawaran pekerja seks dalam menawarkan kondom itu sendiri yang masih lemah. Banyak dari mereka yang mengeluh dengan ketidakpuasan saat menggunakan kondom.

Kemampuan seorang PSK dalam menawarkan kondom kepada pelanggan juga tidak secara resmi diberlakukan. Sehingga tidak ada kewajiban bagi seseorang yang ingin ‘bertransaksi’ untuk memakai kondom. Ini menjadikan kesulitan bagi PSK untuk menawarkan kondom. Selain itu, akses untuk mendapatkan kondom yang masih kurang fleksible mengakibatkan orang malas untuk menggunakannya. Dalam hal ini kita dapat mencontoh dari Thailand yang terdepan telah memudahkan akses mendapatkan kondom. Yang bisa didapat dimana saja, kapanpun ‘transaksi’ terjalin. Karena sektor lainnya seperti hotel, tempat hiburan, Condom Vending Machine dan lainnya dengan mudah menyediakan kondom sehingga memudahkan bagi pelanggan untuk mendapatkannya.

Kesadaran terhadap penyebaran HIV dan AIDS ditengah pesatnya perkembangan pariwisata seks adalah sangat membantu untuk menekan penularan virus tersebut. Sarana dan prasarana yang menunjang kesadaran itu juga diperlukan agar tercapainya harapan yang ingin dicapai.

 

Referensi:

http://www.mensxp.com/, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.09

https://www.academia.edu/2614666/eksploitasi_seksual_anak_dalam_industri_pariwisata_di_Brazil, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.30

http://terselubung.in/wisata/negara-negara-tujuan-wisata-seks.html, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.24

http://www.merdeka.com/gaya/matcont-5-negara-dengan-wisata-seks-yang-mendunia/belanda.html, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.11

http://ecpatindonesia.org/berita/indonesia-sasaran-wisata-seks-anak/, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.12

http://travel.detik.com/read/2012/07/02/080000/1955256/1025/menyusuri-malam-panas-di-patpong-bangkok, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.22

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/06/140617_gang_dolly_tutup, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.16

http://www.merdeka.com/peristiwa/gang-dolly-ditutup-prostitusi-terselubung-berdenyut.html, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.23

http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.29

http://majelisilmu114.wordpress.com/2013/05/06/jumlah-psk-meningkat-di-tahun-2013-dalam-kurun-waktu-5-tahun-terakhir/, diakses pada 28 Oktober 2014 pukul 22.28

Komentar