Langsung ke konten utama

Unggulan

Kala Ombak Menyapu dan Bangunkan Mimpiku

Masih jelas dalam ingatanku tergambar peristiwa maha dahsyat yang memorak-porandakan Banda Aceh kala itu. Gempa bumi dan Tsunami yang melanda Tanah Rencong itu seakan menghukum dan mengingatkan setiap insan akan kuasa-Nya. Peristiwa tersebut menjadikan wajah Serambi Makkah murung dan dirundung kesedihan yang mendalam. Tangis dan teriakan seorang anak memanggil ibunya seakan mengoyak tabir-tabir kesunyian malam. Bangunan-bangunan yang berdiri kokoh pun lenyap dalam sekejap oleh gelombang besar tersebut. Banyak sekolah-sekolah yang hancur bahkan tak berwujud lagi bentuknya. Gambaran peristiwa tersebut telah tersimpan dalam memori kehidupan yang tak terlupakan.             Sering kita mendengar ungkapan bahwa pelangi pasti akan muncul setelah hujan bukan? Ya, bencana Tsunami memang telah mengakibatkan banyak kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun berkat kejadian itu, saat ini berdiri 3 lokasi Sekolah Sukma Bangsa di Propinsi Aceh. Sekolah ini mengisi kebutuhan sarana pendidika

Kesejahteraan MDGs Indonesia Tahun 2015


    MDGs adalah Millennium Development Goals. September tahun 2000, saat berlangsungnya pertemuan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara menyepakati Deklarasi Milenium yang menegaskan kepedulian utama secara global terhadap kesejahteraan masyarakat dunia. Tujuan Deklarasi yang disebut Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan dan mengartikulasi satu gugus tujuan yang berkaitan satu sama lainnya ke dalam agenda pembangunan dan kemitraan global. Setiap tujuan dijabarkan ke dalam satu sasaran atau lebih dengan indikator yang terukur, yaitu:

• Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

• Mencapai pendidikan dasar untuk semua 

• Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 

• Menurunkan angka kematian anak 

• Meningkatkan kesehatan ibu 

• Memerangi HIV/AIDS, malaria & penyakit menular lainnya 

• Menjamin kelestarian lingkungan hidup 

• Membangun kemitraan global untuk pembangunan.

 

    Keberhasilan capaian MDGs di Indonesia

1. Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, indikator nya US$ 1,00 per kapita perhari menjadi setengahnya. Kemajuan ini telah dicapai untuk menurunkan tingkat kemiskinan, garis kemiskinan nasional sebesar 13,33 persen ( 2010 ) menuju target 8-10 persen pada tahun 2014. Pravalensi kekurangan gizi pada balita menurun dari 31 persen pada tahun 1989 menjadi 18,4 persen pada tahun 2007, diperkirakan indonesia mencapai target MDGs 15,5 persen pada tahun 2015.

2. Indonesia dalam mencapai target MDGs mengenai pendidikan dasar dan melek huruf sudah menuju pencapaian target 2015. Indonesia menetapkan pendidikan dasar melebihi target MDGs dengan menambahkan sekolah menengah pertama sebagai sasaran pendidikan dasar universal. Pada tahun 2008/2009, angka partisipasi kasar ( APK ) SD/MI termasuk paket A mencapai 116,77 persen dan angka partisipasi murni ( APM ) sekitar 95,23 persen. 

3. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan pemerintah telah mendorong meningkatkan kesetaraan gender di semua jenjang dan jenis pendidikan. Rasio angka partisipasi murni ( APM ) perempuan terhadap laki-laki di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama berturut turut sebesar 99,73 dan 101,99 pada tahun 2009, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki laki pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun mencapai 98,85 persen. 

4. Menurunkan angka kematian anak telah menunjukkan angka yang signifikan sekali dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sehingga target sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan tercapai. 

5. Angka kematian ibu melahirkan ( MMR/maternal mortality rate ) menurun dari 390 tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung dengan meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet need yang dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. 

6. Tingkat prevalensi HIV/AIDS cenderung meningkat di indonesia terutama pada kelompok resiko tinggi pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di indonesia meningkat dua kali lipat antara tahun 2004 dan 2005. Namun angka kejadian malaria per 1000 penduduk menurun dari 4,68 tahun 1990 jadi 1,85 tahun 2009. 

7. Tingkat emisi gas rumah kaca di indonesia cukup tinggi walaupun upaya peningkatan luas hutan, pemberantasan pembalakan hutan, dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan penurunan emisi karbon dioksida dalam 20 tahun kedepan telah dilakukan. Proporsi rumah tangga dengan akses air minum layak meningkat dari 37,73 persen tahun 1993 jadi 47,71 persen tahun 2009. Proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi layak meningkat dari 24,81 persen tahun 1993 jadi 51,19 persen tahun 2009. 

8. Berpartisipasi aktif dalam berbagai forum internasional dan mempunyai komitmen untuk terus mengembangkan kemitraan yang bermanfaat dengan berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sektor swasta untuk mencapai pola pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan (pro-poor). 

    Indonesia telah mendapat manfaat dari mitra pembangunan internasional. Jakarta Commitment telah ditandatangani bersama 26 mitra pembangunan pada tahun 2009. Berkomitmen untuk menurunkan pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya rasio pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB dari 24,6 persen pada tahun 1996 menjadi 10,9 persen pada tahun 2009. Sementara itu, Debt Service Ratio Indonesia juga telah menurun dari 51 persen pada tahun 1996 menjadi 22 persen pada tahun 2009. Untuk meningkatkan akses komunikasi dan informasi, sektor swasta telah membuat investasi besar dalam teknologi informasi dan komunikasi, dan akses pada telepon selular, jaringan PSTN, dan komunikasi internet telah meningkat sangat pesat selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2009, sekitar 82,41 persen dari penduduk Indonesia mempunyai akses pada telepon seluler. 

     Ketidakberhasilan capaian MDGs 

1. Dalam menanggulangi kemiskinan dan kelaparan salah satu contohnya adalah kampanye mengenai #HungerFree, kampanye ini tujuannya adalah untuk mendukung goal MDGs point 1 ini. Sayangnya, inisiatif dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kampanye #HungerFree jauh sangat rendah dibanding penduduk asing di negara lain. 

2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua belum terakomodasi untuk masyarakat kelas bawah yang tinggal nomaden di pelosok Indonesia. Serta kurangnya ketersediaan tenaga pengajar disana. 

3. Kesetaraan gender dalam kelompok usia 15-24 tahun cukup tinggi. Namun masih kurang pada kelompok usia di bawahnnya. 

4. Dalam meningkatkan kesehatan ibu. Seperti diketahui bahwa persalinan merupakan peristiwa besar, sehingga apabila tiba-tiba terjadi komplikasi ketika sedang bersalin maka konsekuensi yang dihadapi oleh sang ibu sangatlah besar. Terkadang pemerintah daerah tidak memperpanjang kontrak bidan-bidan desa ketika masa kontraknya dengan Dep-Kes berakhir, sehingga kebutuhan-kebutuhan para bidan tidak sampai dan mempengaruhi kualitas mereka dalam menangani kasus tersebut. 

5. HIV/AIDS cenderung meningkat di indonesia terutama pada kelompok resiko tinggi pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di indonesia meningkat dua kali lipat antara tahun 2004 dan 2005. Jumlah penduduk Indonesia yang mengidap AIDS diperkirakan sekitar 179.000-219.000 jiwa dan mayoritas adalah laki-laki. 

6. Dalam memastikan kelestarian lingkungan hidup. Penebangan liar dan permasalahan air bersih (sanitasi) pun menjadi masalah utama di beberapa daerah. Upaya Pemerintah Indonesia dalam merealisasikan Tujuan Pembangunan Milenium pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar. 

    Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis (2016) menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs. Jadi untuk mewujudkan seluruh tujuan MDGs diperlukan dana yang besar dan partisipasi dari rakyat Indonesia dalam menyukseskan program ini.

Komentar