Langsung ke konten utama

Unggulan

Kala Ombak Menyapu dan Bangunkan Mimpiku

Masih jelas dalam ingatanku tergambar peristiwa maha dahsyat yang memorak-porandakan Banda Aceh kala itu. Gempa bumi dan Tsunami yang melanda Tanah Rencong itu seakan menghukum dan mengingatkan setiap insan akan kuasa-Nya. Peristiwa tersebut menjadikan wajah Serambi Makkah murung dan dirundung kesedihan yang mendalam. Tangis dan teriakan seorang anak memanggil ibunya seakan mengoyak tabir-tabir kesunyian malam. Bangunan-bangunan yang berdiri kokoh pun lenyap dalam sekejap oleh gelombang besar tersebut. Banyak sekolah-sekolah yang hancur bahkan tak berwujud lagi bentuknya. Gambaran peristiwa tersebut telah tersimpan dalam memori kehidupan yang tak terlupakan.             Sering kita mendengar ungkapan bahwa pelangi pasti akan muncul setelah hujan bukan? Ya, bencana Tsunami memang telah mengakibatkan banyak kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun berkat kejadian itu, saat ini berdiri 3 lokasi Sekolah Sukma Bangsa di Propinsi Aceh. Sekolah ini mengisi kebutuhan sarana pendidika

Ilmu dan Kebudayaan Manusia


    
Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Menurut Ashley Montagu, kebudayaanlah dalam konteks ini yang memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang. Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan manusia yakni kebutuhan fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi. Binatang kebutuhannya terpusat kepada dua kelompok pertama dari kategori Maslow yakni kebutuhan fisiologis dan rasa aman serta memenuhi kebutuhan ini secara instinktif. Sedangkan manusia tidak mempunyai kemampuan bertindak secara otomatis yang berdasarkan instink tersebut dan oleh sebab itu dia berpaling kepada kebudayaan yang mengajarkan cara hidup. 

    Pada hakikatnya, menurut Mavies dan John Biesanz, kebudayaan merupakan alat penyelamatkemanisiaan dimuka bumi. Terlabih lagi, manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan yang di dalamnya terkandung “dorongan-dorongan” hidup yang besar, instink, perasaan, dengan pikiran, kemauan dan fantasi. Pilihan nilai inilah yang menjadi tujuan dan isi kebudayaan. Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang konkrit dari nilai budaya yang bersifat abstrak: kegiatan manusia dapat ditangkap oleh pancaindera sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi manusia.

    Suatu kebudayaan diperoleh manusia secara sadar lewat proses belajar. Lewat kegiatan belajar inilah diteruskan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Dengan demikian maka kebudayaan diteruskan dari waktu ke waktu. Menurut Alfred Korzybski, kebudayaan mempunyai kemampuan mengikat waktu.

Kebudayaan dan Pendidikan 

    Allport, Vernon dan Lindzery mengidentifikasikan enam nilai dasar dan kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, polotik dan agama. Yang dimaksudkan dengan nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti rasionalisme, empirisme dan metode ilmiah. Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarki mengenai mana yang lebih penting dan mana ang kurang penting dari nilai-nilai mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting dari nilai-nilai tersebut di atas serta mempunyai penilaian tersendiri dari tiap-tiap kategori. 

    Berdasarkan penggolongan tersebut di atas maka masalah pertama yang dihadapi oleh pendidikan adalah menetapkan nilai-nilai budaya apa saja yang harus dikembangkan dalam diri anak kita. Pendidikan yang dapat diartikan secara luas sebagai usaha yang sadar dan sistematis dalam membantu anak didik untuk mengembangkan pikiran, kepribadian dan kemampuan fisiknya.

    Untuk menentukan nilai-nilai mana yang patut mendapatkan perhatian, maka pertama sekali kita harus dapat memperkirakan skenario dari masyarakat kita di masa yang akan datang, yang memperhatikan indikator dan perkembangan yang sekarang ada, cenderung untuk mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:(1) Memperhatikan tujuan dan strategi pembangunan nasional, maka beralih dari masyarakat tradisional yang rural agraris menjadi masyarakat modern yang urban dan bersifat dan bersifat industri (2) Pengembanghan kebudayaan ditujukan kearah perwujudan yang bersifat khas berdasarkan filsafat dan pandangan hidup Pancasila. 

    Karakteristik pertama mengharuskan kita untuk memusatkan perhatian kepada nilai-nilai yang relevan dengan masyarakat modern yang sedang dikembangkan. Masyarakat modern mempunyai indikator-indikator sebagai berikut: (a) lebih bersifat analitik dan (b) lebih bersifat individual terutama dari segi manusiawi dan masalah survival. Indikator pertama memberikan tempat yang penting kepada nilai teori dan nilai ekonomi. Indikator kedua menimbulkan pergeseran dalam nilai sosial dan nilai kekuasaan (politik). Kdua nilai ini harus lebih berorientasi kepada kepercayaan pada diri sendiri serta keberanian untuk mengambil keputusan sendiri. Dalam proses pendidikan umpamanya, pendidikan kreatif ditekankan kepada bimbingan dan bagaimananya dan membiarkan anak didik menemukan apanya secara kreatif.

Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional 

    Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan disini merupakan bersifat sistem nilai. Ilmu dan kebudayaan saling tergantung dan saling mempengaruhi. Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa. 

    Pengembangan kebudayaan nasional kita tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu. Dalam kurun ilmu dan teknologi, kebudayaan kita pun tak terlepas dari pengaruhnya, dan mau tidak mau harus ikut memperhitungkan faktor ini. Sayangnya yang lebih dominan pengaruhnya adalah teknologi yang merupakan produk dari kegiatan ilmiah. Untuk itu maka kita fokuskan pada usaha untuk meningkatkan peranan ilmu sebagai sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan nasional. 

Ilmu Sebagai Suatu Cara Berfikir 

     Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Ilmu merupakan produk dari proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut pada hakikatnya mencakup dua kriteria utama yaitu, pertama, berpikir ilmiah harus mempunyai alur jalan pikiran yang logis dan, kedua, pernyataan yang bersifat logis tersebut harus didukung oleh fakta empiris. Persyaratan pertama adalah konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang telah ada sedangkan persyaratan kedua adalah penerima pernyataan yang didukung oleh fakta sebagai pernyataan yang benar secara ilmiah. 

     Kebenaran ilmiah tidaklah bersifat mutlak. Kebenaran ilmiah terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan beberapa karakteristik dari ilmu. Pertama ialah bahwa ilmu mempunyai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Kedua yani alur jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. Ketiga yakni pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran obyektif. Keempat yakni mekanisme yang terbuka terhadap koreksi. Manfaat nilai yang dapat ditarik adalah sifat rasional, logis, obyektif dan terbuka. Sifat kritis merupakan karakteristik yang melandasi keempat sifat tersebut. 

Ilmu Sebagai Asas Moral 

     Ilmu merupakan kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yan benar untuk mendapatkan kebenaran. Kriteia kebenaran dalam ilmu adalah jelas. Artinya dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar atau tidak maka seorang ilmuwan akan mendasarkan penarikan kesimpulannya kepada argumentasi yang terkandung dalam pernyataan itu. Karakteristik tersebut merupakan asas moral bagi kaum ilmuwan yakni meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal. 

Nilai-nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional 

    Tujuh nilai yang terpancar dari hakikat keilmuan yakni kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal. Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional kearah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi dan tujuan nasional. Proses pengembangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah penafsiran kembali dari nilai-nilai konvensional agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman serta penumbuhan nilai-nilai baru yang fungsional. 

    Pengabdian universal adalah orientasi terhadap kebenaran tanpa ikatan primordial yang mengenakan argumentasi ilmiah sebagai satu-satunya kriteria dalam menentukan kebenaran. 

Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan 

    Untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran. Pertama, ilmu merupakan bagian dari kebudayaan, langkah-langkah ke arah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat. Kedua, ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Di samping ilmu masih terdapat cara-cara lain yang sah sesuai dengan lingkup pendekatan dan permasalahannya masing-masing. Ketiga, asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut. Keempat, pendidikan keilmuan harus sekaligua dikaitkan dengan pendidikan moral. Kelima, pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan. Keenam, kegiatan ilmiah haruslah bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan. 

    Pada hakikatnya semua unsur kebudayaan harus diberi otonomi dalam menciptakan paradigma mereka sendiri. Terlalu banyak campur tangan dari luar menimbulkan paradigma tidak ada gunanya. Paradigma agar bisa berkembang dengan baik membutuhkan dua syarat yakni kondisi rasionalitas menyangkut dasar pikiran paradigma yang berkaitan dengan makna, hakikat dan relevansinya dengan permasalahannya yang dihadapi. Sedangkan kondisi psikososial menyangkaut keterlibatan dan keterikatan semua anggota kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan paradigama tersebut.

Komentar